Wanita Bajau dan pantangan-pantangan saat mereka hamil

Suku Bajau merupakan suku pengembara laut dimana hidup mereka sejatinya berada di perahu atau yang disebut soppe'. Semua aktivitas suku Bajau dilakukan di perahu tidak terkecuali dengan bagaimana wanita Bajau melahirkan. Wanita Bajau, sebelum mengenal rumah, hidup dan melahirkan diperahu juga. Mereka akan singgah pada satu pulau dan mengajak wanita Bajau lainnya untuk membantu proses melahirkan. Mbo Gantong (61thn) yang saat ini berprofesi sebagai dukun bayi (bian) menjadi salah satu saksi bagaimana ibunya melahirkan anak kembar. Satu dari bayi kembar itupun meninggal dunia dan dikuburkan dipulau tempat dimana ibunya melahirkan. Ya, Pulau tempat mereka singgah akan menjadi tempat kubur bagi bayi yg meninggal setelah dilahirkan. Berbeda setelah suku Bajau hidup dan tinggal dirumah. Semua aktivitas yang dulunya dilakukan diperahu saat ini sebagian dilakukan dirumah. Termasuk proses melahirkan. Wanita Bajau tidak lagi melahirkan diperahu. Saat ini mereka biasanya melahirkan dirumah dan  terkadang tidak melahirkan ke puskesmas meski sekarang puskesmas sudah ada dan anjuran pemerintah pun untuk ibu hamil harus melahirkan di Puskesmas atau Rumah Sakit. Karena masih banyak dari orang tua calon nenek yang memilih untuk melakukan proses melahirkan dirumah bersama dukun bayi yang disebut pangule'.

Wanita Bajau yang menjadi pangule' adalah wanita yang memiliki kemampuan khusus yang diasah dengan cara belajar memperdalam ilmu pangule'nya dari bian sebelumnya. Seperti halnya Mbo Gantong. Sebagai pangule' beliau akan meraba perut wanita yang hamil muda dan melihat kondisinya. Jika keadaannya cukup sehat maka Mbo Gantong hanya akan melakukan ritual Sangkine' untuk wanita diawal kehamilannya. Sangkine' adalah ritual untuk wanita hamil diawal kehamilannya untuk menjauhkan setan jahat yang bisa mengganggu dan untuk kesehatan ibu dan bayi yang ada dalam kandungan.
                  Gambar: sangkine' 

Jika keadaan ibu yang hamil sangat tidak sehat pada awal kandungannya. Pangule' akan melakukan Sangkine' beserta ritual tiba tuli dimana akan banyak bahan-bahan yang dibutuhkan untuk sesajen. Sangkine dipakai oleh ibu hamil selama 3 hari. Setelah itu pangule' akan melepaskannya dari badan ibu hamil.

Selain itu, wanita Bajau sangat mempercayai pantangan-pantangan yang tidak bisa dilakukan oleh ibu hamil. Contoh: Ibu hamil tidak boleh melilit kain atau selendang ditubuhnya. Hal ini bisa mengakibatkan tali pusat bayi terlingkar ke tubuh bayi. Keluar rumah diwaktu maghrib (petang) apalagi sampai keluar disaat angin kencang. Hal yang biasanya terjadi adalah ari-ari akan memar membiru kehitam-hitaman. Keadaan ini disebut tasambang (bahasa bajau) dimana jika hal ini jatuh ke janin maka janinnya bisa saja meninggal. Bukan hanya berlaku pada saat hamil. Setelah melahirkan pun ada pantangan yang tidak bisa dilakukan oleh Ayah bayi yang baru lahir. Beberapa diantaranya adalah Ayah bayi belum bisa membelah kayu dan memompa lampu petromax. Hal ini akan berefek pada tali pusat bayi yg belum kering atau sembuh. Sang ayah belum bisa beraktivitas keras apalagi sampai melakukan kegiatan yg berhubungan dengan benda tajam selama tali pusat belum kering. Dan setelah kering pangule akan membubuhi serbuk dari tempurung kelapa yg sudah dihaluskan ke pusat bayi yg sdh kering untuk proses terakhir pengobatan tali pusat bayi yg sdh dipotong saat lahir. Hal ini sama gunanya sebagai Betadine untuk luka.

Dalam proses membantu ibu hamil melahirkan, ada mantra khusus yg dibaca pangule' saat bayi lahir dan menangis. Ari-ari akan dibuang dilaut. Mbo gantong, selalu membuang ari-ari dilaut meski ibu hamil itu melahirkan di puskesmas. Setelah 3 hari lahiran, ibu dan bayi akan diritual bantang. Ritual bantang ini akan diikuti oleh beberapa wanita yg ikut serta membantu proses lahiran dan disinilah pangule' dan wanita-wanita yg membantu proses lahiran diberi imbalan oleh keluarga yg melahirkan berupa tanda terimakasih. Bisa berbentuk uang atau barang. Ritual bantang juga akan diikuti dengan ritual "tiba kaka". Hal ini bertujuan agar si bayi tidak akan diganggu oleh kakaknya (ari-ari) yang sdh dibuang. Dalam kepercayaan orang bajau, ari-ari adalah saudara bayi yang lahir. Bentuk gangguan yg biasanya terjadi adalah bayi sering sakit atau tertawa sendiri deperti ada seseorang yang mengajaknya bermain.

Comments

Popular posts from this blog

SENGKANG, SI MANUSIA LAUT DI TOROSIAJE

ENGLISH AND BAJAU PREFIXES